02 Juni 2013

Bernostalgia dengan film jadul Si Pandir


Ingat dengan Gambar diatas? Yah itu salah satu potongan gambar dari Film Si Pandir yang diperankan oleh Darussamin dan Yenni Farida.

Film yang disutradarai oleh Dasri Yacob tersebut di produksi pada tahun 1992 yang beberapa bagiannya menggunakan dialog berbahasa Palembang. Hal ini tidaklah aneh karena Si Pandir memang diangkat dari sebuah cerita legenda masyarakat Sumsel tepatnya Musi Rawas (CMIIW).

Gw dulu pernah menonton film ini sewaktu masih duduk dibangku Sekolah Dasar namun karena waktu itu masih terlalu kecil jadi gw ga bisa mengikuti alur cerita dari Film ini. Barulah setelah iseng-iseng membuka Youtube gw kepikiran untuk mendownload Film Si Pandir full movie. Film versi youtube tersebut berdurasi 1 jam 32 menit 26 detik atau sekitar 315 mb besar filenya, jadi jangan coba-coba mendownloadnya kalo akses internet elu lemot kayak kura-kura, bisa-bisa 3 hari 3 malem belon selesai-selesai tuh downloadan elu. Nah berhubung koneksi internet gw pake yg 14 mbps keatas, jadi gw downloadnya cuma butuh waktu lebih kurang 5 menit saja.

Tapi disini gw sedang nggak menceritakan soal pengalaman gw mendownload film di youtube, melainkan gw akan sedikit memberikan sinopsis dari cerita di film Si Pandir ini yang sepertinya layak untuk diangkat. Kenapa layak untuk dikemukakan? karena dari cerita sederhana di film tersebut terdapat banyak nasehat yang baik namun dikemas dengan cerita komedi menggelitik, pas banget buat elu yang borring dengan film-film Indonesia yang ceritanya gak jauh dari soal Pocong, Suster Ngentot eh Ngesot dan beberapa film sampah lainnya.

Adalah Pandir yang memiliki seorang ayah yang sangat bodoh, selalu ditimpa kesialan, selalu membuat masalah, namun jujur dan memiliki Istri yang cantik. Kesialan-kesialan yang diderita oleh Pak Pandir sebenarnya hanya dikarenakan istrinya yang selalu salah dalam berucap dan sering mengumpat dengan kata-kata yang negatif sehingga berakibat buruk terhadap kehidupan sehari-hari suaminya. Dimana ada seorang Pria yang sukses disitu pasti ada Wanita yang baik dan selalu mensupport, sehingga ungkapan ucapan adalah do'a mungkin lebih tepat disematkan kepada makna secara keseluruhan dari cerita di film ini.

Setelah mereka menyadari untuk merubah nasib mereka yang malang itu dengan dimulai dari mengeluarkan ucapan-ucapan yang positif, maka secara ajaib nasib mereka berubah menjadi jauh lebih baik. Banyak orang yang mulai menyukai dan mempercayai Pak Pandir, dan tidak sedikit pula orang-orang yang telah dibantunya dengan ikhlas memberikan hadiah berupa hewan ternak seperti Kambing dan Sapi.

Tapi disini juga kita diingatkan untuk selalu meminta dan berdo'a kepada yang diatas secara tidak berlebihan, tidak selamanya kalimat positif dan baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Saat dimana istri Pak Pandir berucap ingin menjadi kaya, maka nyaris pulalah do'a tersebut dikabulkan namun dengan pilihan mereka menjadi kaya tetapi Istri Pak Pandir harus rela dimadu. Yah, setelah secara tidak sengaja Pak Pandir berhasil mengobati anak gadis kepala desa dari sakitnya maka tersebarlah sebuah wacana bahwa Pak Pandir akan di nikahkan dengan Sarifah anak dari Kepala Desa.

Diakhir cerita, ada sebuah pesan yang sekiranya menurut gw itu bener-bener menjadi budaya di Indonesia. Ada suatu adegan dimana Pak Pandir sedang mengerjai istrinya dengan berpura-pura mendapatkan wangsit agar istrinya memasak eek kebo yang masih segar dan hangat. Disitu Pak Pandir menyuruh istrinya mencicipi eek kebo yang baru saja selesai dimasak tersebut dan sang istri berujar "Kenapa Pahit Pak?", lalu Pak Pandir berkata " Kau saja yang sehat bilang itu pahit apalagi aku yang sakit..!"

Lalu tanpa sengaja, berita Pak Pandir sedang meramu obat baru menyebar secara luas di kampung sehingga membuat warga berbondong-bondong menyerbu rumah Pak Pandir untuk mengambil eek kebo tadi. Nah disinilah apa yang gw maksud sebagai budaya yang memang melekat di masyarakat Indonesia. Tengok saja beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan "Batu Petir Ponari" yang konon mampu menyembuhkan segala macam penyakit, masyarakat kita langsung berbondong-bondong meminta air celupan batu petir tersebut. Lalu tanpa menggunakan logika sehat lagi malah ada beberapa orang yang rela meminum air comberan bekas mandinya Si Ponari. Disini logika berAgama dan berTuhan kita telah dibutakan hanya oleh sebuah Batu biasa, dan lebih percaya kepada batu ketimbang memohon seraya memanjatkan do'a kepadaNya. Bukankah itu musyrik? 

Okelah, Film si Pandir ini merupakan satu dari sekian banyak hal yang telah mengisi memory bagi sebagian pembaca blog ini, yach itung-itung kita bernostalgialah sambil berpikir betapa cepatnya waktu berlalu, perasaan baru kemarin ada seorang anak SD yang ingusan diajak ibu Gurunya menonton Film Si Pandir dibioskop namun siapa menyangka saat ini dia malah justru sedang menulis cerita itu di Website dari film yang diunduhnya dari Youtube.....Who knows?

3 komentar:

Blog ini adalah blog Dofollow, tinggalkan pesan disini untuk mendapatkan Backlink...